Dalam Pengolahan lahan sebagai lahan Pertanian tentu ada proses, dalam artikel yang saya tulis kali ini saya akan membahas tentang pengolahan lahan khususnya lahan Gambut sebagai lahan Pertanian, artikel kali ini berkaitan dengan artikel saya sebelumnya yang berjudul “POTENSI YANG DIMILIKI LAHAN GAMBUT SEBAGAI LAHAN PERTANIAN”.
Untuk mengolah suatu lahan pastinya
diperlukan alat seperti Parang atau Arit, Cangkul dan sebagainya. Fungsi alat
tadi adalah untuk membersihkan lahan dengan cara menebas atau memotong rumput
maupun kayu yang tumbuh dengan menggunakan Parang atau Arit. Setelah rumput atau kayu ditebas
dari lahan maka harus dikumpulkan menjadi beberapa tumpukan dan disarankan agar
tidak membakarnya karena Bencana Kebakaran lahan Gambut yang sangat berdampak
sangat besar bagi sektor lainnya akibat Kabut Asap yang dihasilkan dari Bencana
Kebakaran.
Setelah proses pembersihan lahan
dengan cara menebas tadi selesai maka langkah selanjutnya adalah mencangkul
tanah dengan tujuan agar tanah menjadi gembur, dalam proses penggemburan
biasanya akan ditemui Tunggul atau batang kayu mati yang masih tertinggal
didalam tanah, batang kayu ini harus digali agar tanaman yang akan
dibudidayakan tidak terhambat pertumbuhannya karena batang kayu yang menghambat
akar tanaman untuk menyerap air dan juga unsur hara. Pentingnya penggalian
batang kayu tadi juga berfungsi agar pada saat penggolahan tanah baik dengan
mencangkul atau pun mentraktor tanah gambut tidak ada hambatan karena mata
cangkul ataupun traktor tersangkut di batang kayu mati tadi dan proses
pembalikan tanah lebih merata.
Proses penggalian batang kayu mati atau Tunggul tadi memerlukan alat lain selain cangkul, seperti kapak atau parang dan juga ember. Fungsi dari dari Kapak atau Parang tadi sam yaitu untuk memotong bagian batang kayu yang masih menancap dengan kuat di dalam tanah Gambut. Masih ada cara alternatif lain seperti penggunaan sejenis Asam Potasium yang disuntikan kebatang mati tadi agar batang yang sudah mati tadi cepat membusuk atau melapuk. Namun penggunaan zat semacam itu biasanya akan memakan lebih banyak biaya karena harganya yang cukup mahal dipasaran.
Setelah semua proses selesai, baik
itu proses pembersihan lahan dari tumbuhan maupun pencangkulan dan juga
penggalian batang kayu mati tadi langkah selanjutnya adalah pembuatan parit
atau Drainase dengan tujuan agar lahan Gambut tidak di genangi oleh air ketika
musim hujan tiba. Pembuatan parit atau Drainase
dilakukan dengan cara menggali atau mencangkul tanah dengan kedalaman
sekitar 50 cm sampai dengan 1 meter hal ini berfungsi agar air tidak meluap
kembali kelahan yang sudah diolah tadi dan kemudian menyebabkan lahan
tergenangi atau kebanjiran. Parit yang dibuat harus mengarah ke saluran utama
dimana terdapat sungai sebagai tempat keluarnya air yang dihasilkan oleh lahan
ketika hujan.
Dan proses terakhir adalah
pengapuran lahan supaya pH tanah Gambut yang Asam dapat netral. Pengapuran dapat
dilakukan dengan menggunakan kapur
dolomit maupun abu sisa dari pembakaran kayu, kapur atau abu tadi dapat
ditaburkan pada tanah yang sudah dicangkul atau digemburkan tadi dan kemudian
biarkan selama 1-2 minggu barulah tanah atau lahan Gambut dapat ditanami,
jangan lupa untuk melakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang (organik)
dengan tujuan agar sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Gambut menjadi baik. Pemupukan
dasar dapat dilakukan pada saat pengapuran maupun sesudahnya dengan syarat
pemupukan dasar harus dilakukan 3 hari sampai 1 minggu sebelum tanam dengan
tujuan agar terjadi dekomposisi pada tanah Gambut yang dilakukan oleh organisme
pengurai yang berasal dari pupuk kandang tadi.
0 comments:
Post a Comment